Monumen Ngejaman Keben Yogyakarta Kota, Simbol Multikultural

Satu lagi obyek wisata sejarah di Jogja Kota yang tidak boleh Kamu lewatkan yaitu Monumen Ngejaman Keben. Pesona destinasi di Yogyakarta ini menunjukkan semangat kebersamaan antar masyarakat multikultural.

Mau liburan kemana lagi? Dari pada bingung mendingan jalan-jalan ke Jogja saja, karena lebih asyik. Pilihan destinasinya beragam dan banyak yang unik. Jika Kamu antusias tentang wisata sejarah, jangan sampai melewatkan Monumen Ngejaman Keben di Kota Yogyakarta. Meskipun sedikit anti-mainstream, tapi pesona historisnya menarik untuk dicermati.

Letak Monumen Ngejaman Keben di Jalan Rotowijayan, Kadipaten, Kecamatan Kraton, Kota Yogyakarta, DI Yogyakarta. Keberadaannya masih di dalam kawasan Keraton Yogyakarta, dekat sama Masjid Rotowijayan. Itu lokasi yang sekarang, dahulu berada di halaman Srimanganti sebelah timur. Akan lebih seru kalau datangnya tidak sendirian, ajaklah kawan biar semakin meriah.

Termasuk salah satu wisata sejarah di Yogyakarta Kota. Historisnya mempesona, namun kurang begitu terkenal dan jarang diketahui khalayak. Karena kebanyakan traveler yang liburan fokus mengunjungi Kraton Jogja, Museum Kraton, Museum Kereta, Taman Sari maupun Alun-alun Selatan. Jika Anda berkunjung ke Kraton, bisa sekalian mampir Monumen Ngejaman Keben ini karena lokasinya berdekatan masih satu kawasan.

Monumen Ngejaman Keben itu berbentuk tugu tengara yang ada jamnya besar dan lambang Kraton Yogyakarta diatasnya, terus sekelilingnya tembok dan berpagar besi. Tepat dibawah jam terdapat prasasti Ngejaman Keben yang bertuliskan aksara jawa hanacaraka, kemudian diikuti bahasa Indonesia, huruf China dan latin bahasa Inggris. Tepat dibawah depan prasasti terdapat arca patung Ganesha.

Isi prasasti Ngejaman Keben berbunyi: “Penget kagungan Dalem jam nama Seinkrun, pisungsung saking paguyubanipun abdinipun Kangjeng Gubermen sarta bangsa Tiyohwa ingkang manggen ing nagari Dalem Ngayogyakarta Hadiningrat amengeti wiyosan Dalem Jumenengan tumbuk kalih windu, marengi ing dinten Senen Wage tanggal kaping 29 Wulan Jumadilawal tahun Alip 1867 utwai kaping 17 Agustus 1936.”

Yang artinya sebagai berikut: “Persembahan dari para paguyuban pegawai pemerintah dan masyarakat Tionghoa yang bertempat tinggal diwilayah Ngayogyakarta Hadiningrat, dalam rangka memperingati penobatan Sri Sultan Hamengku Buwono VIII tepat dua windu, pada hari Senin Wage tanggal 29 Bulan Jumadilawal tahun Alip 1867 atau 17 Agustus 1936.”

Ini menunjukkan keharmonisan bersama dan keberagaman multietnis yang hidup berdampingan di daerah Yogyakarta. Yang telah mendapat peneguhan dari Kraton pada masa pemerintahan Sri Sultan Hamengku Buwana VIII. Semangat simbol multikultural, merajut kebersamaan. Menarik kan? Sangat inspiratif sekaligus edukatif. Jadi kalau Kalian sedang traveling ke Jogja, jangan lupa menyambangi Monumen Ngejaman Keben ini, sayang kalau dilewatkan.